Selasa, 14 Juli 2015

Opera Hujan



Dear Hujan...
Rerintikmu bak opera alam yang menyejukkan
Sejuk bagi tanah gersang
Lembab bagi jiwa yang mulai usang
Tinggi rendah sahutanmu laksana musik klasik yang tenang
Menyimpan cerita ketika daun melambai disapa angin
Pepohonan dibasuh bisikan air yang dingin
Saat hadirmu ku titip sepotong luka pada pucuk pohon akasia
Untuk kau terbangkan daunnya ketika angin menyapa
Saat itu kisahku terbawa
Kau luruhkan debu di rantingnya
Saat itu air mataku menemukan muara
Bersatu bersama koloni air dari atas sana
Ketika pertunjukanmu usai, ku sunggingkan senyum dari jiwa
Sebuah pilihan untuk tak menyimpan  luka lama-lama


Rabu, 01 Juli 2015

Sajak di Selembar Tissue

Sajak ini memuakkan
Namun nampak indah bagi para penikmat kesakitan
Berharap pembaca terpuaskan
Meski menyisakan perih di hati terdalam
Dalam angan
Mencoba menyentuh bayang-bayang kelam
Kosong tak berbekas, kemudian hilang
Tak pernah sekalipun kau tengok
Hingga hatiku mati teronggok
Berujung sepi berteman sunyi
Di seluruh ruang hati
Hanya kertas, tinta dan kata sebagai teman diri
Serta bayang-bayang cumbuanmu yang bergelut dengan ilusi
Tentang siapa yang akan berakhir abadi
Merebut tahta paling tinggi
Yang orang sebut pemilik hati
Antara aku dan hati yang telah menepi di lain sisi
Sajak untukmu, wahai pemilik segala rasa
Sayang, yang sekarang entah berada dimana
Ku akhiri di ujung kata
Aku tetap bertahan dalam cinta
Biar dalam tulisan kau tetap abadi
Menyimpul sebagai tanda baca
Titik koma yang bertanda setia
Bacalah Tuan, untukmu sajak ini tersaji

Karya: @Ameee93 ft @echaecha__ :D
Tanpa rencana apalagi aba-aba, ngalir gitu aja, berawal dari balas-balasan dm di twitter, di rangkum ternyata lumayan nyambung juga. Sepertinya kita ada di suasana hati yang sama, luuvvvv  Echaa :*
Hehee