Rabu, 28 Oktober 2015

Aku dan Indonesia

Apa yang ku harapkan dari Indonesia? Udara segar.
Apa yang Indonesia harapkan dari ku? Cintai tumbuhannya.

Apa yang ku harapkan dari Indonesia? Tanah subur.
Apa yang Indonesia harapkan dariku? Jaga alamnya.

Apa yang ku harapkan dari Indonesia? Kemakmuran.
Apa yang Indonesia harapkan dariku? Lindungi kekayaannya.

Apa yang ku harapkan dari Indonesia? Kesejahteraan.
Apa yang Indonesia harapkan dariku? Kejujuran.

Sumpah Pemuda

Soempah Pemoeda, 28 Oktober 1928:

1. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

3. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, pemuda-pemudi Indonesia dengan semangat nasionalisme tak tertandingi mengikrarkan sumpah yang menjadi bukti otentik sebuah cita-cita perjuangan.

Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, pemuda-pemudi Indonesia dengan semangat nasionalisme tak tertandingi mengikrarkan kebanggaan terhadap Ibu pertiwi.

Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, pemuda-pemudi Indonesia dengan semangat tak tertandingi mengikrarkan bahasa yang menjadi identitas bangsa.

Saat ini, 28 Oktober 2015.
Dua puluh dua tahun sudah saya hidup sebagai pemudi Indonesia. Merasakan kesegaran bahkan kepengapan udara Indonesia. Menikmati aroma  kesuburan bahkan ketandusan tanah Indonesia. Menyaksikan silih berganti pimpinan Indonesia. Saya bangga menjadi Indonesia.

28 Oktober 2015, sumpah pemuda kembali bergema dalam peringatan. Saya berdoa agar pemuda-pemudi yang dulu mengikrarkan sumpah itu dengan suara, tidak kecewa kepada penerus mereka saat ini.

Sebagai pemudi, semoga saya bisa menjalankan sumpah yang telah diikrarkan oleh pemuda-pemudi terdahulu. Paling tidak, saya harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap ucapan untuk memperingati hari besar Indonesia. Paling tidak, saya harus  mencintai tanah Indonesia yang saya pijaki dengan tidak membiarkannya kotor oleh apapun. Paling tidak, saya harus menjadi pribadi yang disiplin dan mandiri. Paling tidak, sebagai tenaga pendidik, saya harus bisa ikut serta  melanjutkan cita-cita kemerdekaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan semangat dan ketulusan.

Saya berdoa agar semangat nasionalisme terus berkembang dalam diri saya maupun dalam diri setiap pemuda-pemudi Indonesia. Saya mencintai Indonesia.

Rabu, 21 Oktober 2015

Elegi Mawar Berduri

Senyummu indah menyayat nadi
Sisakan luka bernanah kini
Kian hari kian menjadi
Tak sanggup ku rawat lagi

Ingin ku bunuh saja hati
Agar diam asa diri
Membungkam segala ilusi
Tentang hati yang kan bertepi

Mayapada tertawa melihat rona merah yang menghitam
Citra cinta yang berujung kelam
Aku terdiam semakin dalam
Meratapi rasa yang kian kejam

Seolah mega mengejek ku juga
Menarik pulang sekawanan udara
Hampa
Ingin aku mati saja!
Membawa cinta ini menuju kerak neraka

Paripurna sudah elegi mawar berduri 
Setelah kau ucap, aku tak berarti
Mati saja hati!
Bunuh saja diri!


-Perempuan perawat mawar berduri-
290915.23:13

Selasa, 20 Oktober 2015

Delusi

Di bawah lampu jalan
Kau tatap aku riang
Ku hampiri perlahan
Kau hilang..

Di balik rinai hujan
Kau berjalan tenang
Ku susul perlahan
Kau hilang..

Di hadapanku bermandi cahaya bulan
Kau ulurkan tangan menantang
Ku balas perlahan
Kau hilang..

Oktober Bagiku...

Oktober bagiku ialah bulan mati. Bagaimana tidak, hatiku dipermalukan sejadinya. Meninggalkan bekas indah tak kasat mata. Miris. Inginku mati saja..

Oktober bagiku ialah kelam.
Aku terdampar di sudut keramaian namun tak satupun dapat ku lihat. Berbayang.

Oktober bagiku ialah senyap.
Suaramu menggema di gendang telinga tapi tak satupun bisa ku dengar. Raut wajahmu merona saat bercerita namun tak satupun dapat ku cerna. Aku kehilangan nada.

Oktober bagiku hanyalah imaji.
Kesalahanku ialah pernah membayangkan janji suci bersamamu.
Kebodohanku ialah tak pernah menyadari aku bagai kerikil tak berarti pada pijakan kakimu nan pasti.

Oktober bagiku ialah virus.
Menggerogoti hati hingga ke nadi. Menggerus seluruh ideologi yang selalu ku junjung tinggi. Aku penguasa diri, aku pengendali hati. Kini hanya ilusi.

Aku mati di pijakan kakimu.
Aku mati dilangkah pertamamu.
Aku mati di bahagiamu.
Aku mati dipilihanmu.
Aku mati di ukiran tinta emas namamu yang terangkai dengannya pasti.

Kosong


Aku ingin menjadi penulis
Aku ingin karyaku dinikmati
Aku ingin imajinasiku disukai
"Membaca saja kau enggan!" cibir kertas kepadaku.

Kosong

Aku ingin menjadi penulis
Aku ingin karyaku dinikmati
Aku ingin imajinasiku disukai
"Menulis  saja kau malas!" caci pena kepadaku.

Kosong

Aku akan menulis
Aku akan berkarya
Ya, aku akan berimajinasi
''Kau ucap itu lagi dan lagi, badanku mulai rapuh!'' kertas berteriak, ia menguning hampir mati.

Kosong

Sebentar lagi aku akan menulis
Sebentar lagi aku akan berkarya
Ya, sebentar lagi aku akan berimajinasi
Kosong.
''Aku sudah lelah menanti!" hardik tinta yang telah beku.
Kosong.

Kosong.

Masih kosong.

Tetap kosong.

Sabtu, 26 September 2015

A untuk Ame

"Haii kakak gue yang cantik.. lagi apa lo?"

"Nyuci" jawab gue asal.
Kesal juga sama suara 'toa'nya si Echa yang cukup bikin gendang telinga gue menciut.

"Duhh.. baru tau gue kegiatan dengan kertas dan pencil disebut nyuci" dengan sembarang dia ngelempar tas dan mulai ngambil posisi selonjoran di sebelah gue, sepertinya anak ini baru pulang kuliah.

"Tau ah" jawab gue dengan tetap fokus menarikan pencil di selembar kertas.

"Ngegambar mukanya si Ari lagi? Kapan bosannya sih kak?"

"Kalo hati gue juga udah bosan naruh rasa ke dia" jawab gue asal tapi tulus.

"Lo kangen kak Ari ya?" Echa menodongkan pertanyaan yang gue yakin dia juga tau jawabannya.

"Hmm"

"Ketemuan dong kalo gitu" saran Echa seenaknya.

"Ga ada alasan"

"Dih, ketemuan aja masa harus ada alasan dulu sih. Emang dia pejabat?"

Echa emang gitu orangnya, suka ngomong seenak jidat tanpa mikir dulu apa yang dia omongin. Tapi gimanapun dia adik yang paling gue sayang, tempat gue berkeluh kesah apalagi soal Ari. Dia udah yang paling tau deh.

Oh iya, kenalin nama gue Ame. Gue seorang arsitek jadi wajar kalo kertas dan pencil udah akrab banget sama gue. Udah makanan sehari-hari soalnya, hehee..
Echa itu adik perempuan gue yang lagi berusaha menyelesaikan kuliahnya di jurusan sastra Indonesia. Katanya sih dia pengen jadi penulis tapi sayangnya dia lebih banyak mikirin mantan ketimbang nulis. Gue sama Echa sangat terbuka apalagi soal asmara, mungkin dia lebih jago dari gue. Mantannya lebih banyak.

"Woyy.. ngelamun aja lo kak siang-siang gini" lagi-lagi Echa ngagetin gue dengan suara cemprengnya itu, untung aja kertas gue ga kecoret.

"Biasa aja sih Cha suaranya"

"Noh, gue bikinin cappuccino hangat. Lumayan kak hujan-hujan gini"

"Perhatian banget sih adik gue ini, tanpa gula kan Cha?"

"Iya" jawabnya sambil meneguk minumannya sendiri.

"Kenapa sih kak lo hoby banget minum kopi tanpa gula?"

"Karena gue minumnya sambil bayangin Ari" jawaban asal.

"Tambah pait dong" ejek Echa.

"Biarpun pait kalo ini tentang Ari, gue tetap suka Cha" ucap gue sambil memandang hujan yang makin menjadi. Turun satu persatu namun rapat.

"Segitunya.. lagi kangen banget ya kak? Ketemuan makanyaa" nampak sekali Echa mulai kesal dengan sikap keras kepala gue

"Dia udah resign dari kantor, gue ga punya alasan lagi buat ketemu dia"

"Cinta. Emang itu bukan alasan?"

"Dia belum tentu cinta sama gue"

"Teman? Ketemuan antar teman ga butuh alasan kan kak?"

"Engga ah Cha, masa gue yang ngajak ketemuan"

"Gengsi lo nyampe ke ubun-ubun kak" ucap Echa pelan.

Gue ga berniat buat balas ucapan Echa, gue akui apa yang dia bilang itu bener. Gengsi gue emang terlalu besar. Gue salut sama hujan,meski jatuh berkali-kali tapi hujan ga pernah ragu buat datang lagi.

"Kak pinjam hp lo dong"

"Di atas meja, ambil aja"

Hening. Echa mulai fokus sama kegiatannya mainin hp gue.

"Cieee.. kelar juga mukanya si Ari" goda Echa saat gue menuliskan huruf A di pojok kanan bawah kertas yang berisi coretan gue. Udah jadi kebiasaan menambahkan huruf A setiap kali objek gue adalah Ari. A untuk Ame.

Gue senyum melihat kertas yang gue letakkan di atas meja, puas dengan hasil kerja gue barusan. Persis mukanya Ari.

"Dihh.. senyum-senyum sendiri. Nih,kak hp lo. Thanks ya"
Echa berlalu sambil ngasih senyum lebar ke arah gue. Lagi seneng mungkin tuh anak, pikir gue polos.
Ada laporan pesan terkirim di hp gue, iseng gue pengen tau Echa sms siapa barusan sampe segirang itu. Pasti dia sms cowok, pikir gue. Langsung aja gue buka pesan terkirim.

-Ari, mumpung besok minggu ketemuan yuk. Gue kangen nih-
Ame
Dikirim pada 14.41

Catatan Penulis: Udah lama ga nulis fiksi. Jika ada kesamaan nama dan sebagainya, ingat ini hanya fiksi ;)

Selasa, 14 Juli 2015

Opera Hujan



Dear Hujan...
Rerintikmu bak opera alam yang menyejukkan
Sejuk bagi tanah gersang
Lembab bagi jiwa yang mulai usang
Tinggi rendah sahutanmu laksana musik klasik yang tenang
Menyimpan cerita ketika daun melambai disapa angin
Pepohonan dibasuh bisikan air yang dingin
Saat hadirmu ku titip sepotong luka pada pucuk pohon akasia
Untuk kau terbangkan daunnya ketika angin menyapa
Saat itu kisahku terbawa
Kau luruhkan debu di rantingnya
Saat itu air mataku menemukan muara
Bersatu bersama koloni air dari atas sana
Ketika pertunjukanmu usai, ku sunggingkan senyum dari jiwa
Sebuah pilihan untuk tak menyimpan  luka lama-lama


Rabu, 01 Juli 2015

Sajak di Selembar Tissue

Sajak ini memuakkan
Namun nampak indah bagi para penikmat kesakitan
Berharap pembaca terpuaskan
Meski menyisakan perih di hati terdalam
Dalam angan
Mencoba menyentuh bayang-bayang kelam
Kosong tak berbekas, kemudian hilang
Tak pernah sekalipun kau tengok
Hingga hatiku mati teronggok
Berujung sepi berteman sunyi
Di seluruh ruang hati
Hanya kertas, tinta dan kata sebagai teman diri
Serta bayang-bayang cumbuanmu yang bergelut dengan ilusi
Tentang siapa yang akan berakhir abadi
Merebut tahta paling tinggi
Yang orang sebut pemilik hati
Antara aku dan hati yang telah menepi di lain sisi
Sajak untukmu, wahai pemilik segala rasa
Sayang, yang sekarang entah berada dimana
Ku akhiri di ujung kata
Aku tetap bertahan dalam cinta
Biar dalam tulisan kau tetap abadi
Menyimpul sebagai tanda baca
Titik koma yang bertanda setia
Bacalah Tuan, untukmu sajak ini tersaji

Karya: @Ameee93 ft @echaecha__ :D
Tanpa rencana apalagi aba-aba, ngalir gitu aja, berawal dari balas-balasan dm di twitter, di rangkum ternyata lumayan nyambung juga. Sepertinya kita ada di suasana hati yang sama, luuvvvv  Echaa :*
Hehee

Jumat, 19 Juni 2015

19 (yang) ke 20 untuk Echa

Sembilan belas yang ke dua puluh
Berawal dari embrio yang harus saling membunuh sesamanya untuk mempertahankan diri
Mencapai tahta tertinggi di surga para bayi

Sembilan belas yang ke dua puluh
Saat embrio terkuat menamakan dirinya sang janin
Makhluk Tuhan yang masih belum jelas bentuknya namun mampu menghadirkan senyum dan kegembiraan bagi pemiliknya: Ayah dan Ibu

Sembilan belas yang ke dua puluh.
Sang janin terus berkembang dalam surganya selama sembilan bulan
Diiringi pengharapan dan doa-doa luar biasa dari pemiliknya
Sang janin selalu menemani kemana saja pemiliknya beranjak: Ibu

Sembilan belas yang ke dua puluh
Sang janin berganti nama menjadi bayi
Bayi yang kemudian hadir untuk menyaksikan keindahan dunia.
Ialah embrio terkuat yang berkembang menjadi janin kemudian terlahir sebagai bayi: perempuan.

Sembilan belas yang ke dua puluh
Bayi perempuan itu pertama kali diperkenalkan ke dunia
Diiringi tawa dan senandung doa dari Ayah dan Ibu serta sanak keluarganya

Sembilan belas yang ke dua puluh
Bayi perempuan itu bertumbuh dan berkembang
Merangkak, melangkah, berjalan sampai akhirnya bisa berlari

Sembilan belas yang ke dua puluh
Bayi perempuan itu telah beralih menjadi gadis
Gadis yang mulai mengenal dunia, mulai mengecap rasa dengan hati
Manis, asam, asin bahkan pahit telah ia cicipi

Sembilan belas yang ke dua puluh
Gadis itu sedang berproses untuk mendewasa
Adalah ia yang bernama Eka Setya,
Si pemilik sembilan belas yang ke dua puluh
Selamat hari lahir :*

Selamat tanggal sembilan belas yang ke dua puluh kalinya adikku Eka Setya atau yang lebih gue kenal dengan nama Echa.
Cieee yang udah dua puluh tahun...
Cieee yang udah tua...
Cieee yang masih jombloo
Cieee yang masih begooo :p
HAHAHAAAA

Masih ingat ga Cha kenapa gue dengan bangga ngasih lo predikat cewek bego??? Gue masih inget loh, ingat banget! Tentu aja bukan bego dalam segi akademis, kalo soal itu sih gue yakin lo pinter :D dan gue ga akan ragu untuk tetap manggil lo bego kalo lo masih belum bisa menghargai diri lo sendiri. Lo pasti tau maksud gue ;)

Gue mau cerita dikit yaa.. Gue lupa deh kapan kita kenalan sampe akhirnya bisa kayak sekarang walaupun ga pernah ketemu tapi yang jelas gue bersyukur banget bisa ngerasa dekat sama lo. Sebulan? Dua bulan? Setahun? Dua tahun? Ahh mungkin lebih, biar lah gue ga butuh hitungan itu yang jelas gue sama elo tetap kayak sekarang, hari ini, besok dan seterusnya. Aamiin :D

Dua puluh tahun Cha, gimana rasanya?? Gimana rasanya ada di umur yang sebagian gadis mungkin udah punya pasangan bahkan ada yang udah berumah tangga? Udah ada niat untuk menikah Cha??? Hahaa..
Gue yakin lo belum kepikiran kesana, pasangan aja lo kan belum punya *eh

Dua puluh tahun, bertambah tua itu pasti tapi belum tentu bertambah dewasa. Lo udah ngerasa dewasa, Cha? Kalo menurut gue sih belum :p

Setiap orang punya cara tersendiri untuk mendewasa, melewati proses, mencapai progress. Gue yakin udah banyak hal dalam kehidupan ini yang lo lewatin. Entah itu tentang lo sebagai anak, tentang lo dan impian lo, tentang lo dan cinta, tentang lo dan alam. Gue berdoa seiring bertambahnya usia, lo bisa lebih dewasa dari sebelumnya. Bisa ngasih yang terbaik buat kedua orang tua lo :)

Sebagai kakak, di usia lo yang sekarang tentunya gue berharap yang terbaik buat lo. Sukses dalam segala urusan khususnya urusan hati. Gue tau lo payah banget soal ini, tindakan-tindakan bego lo itu loh yang bikin gue gemes sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu gue yakin lo bisa lebih baik, lo ga mau jatuh di lubang yang sama kan? Selagi bisa gue juga ga bakal biarin itu terjadi kok, tenang ajaa :D

Ah iya, gue mau bilang makasih sama lo. Makasih udah nemenin hari-hari gue, makasih udah ngenalin lagi gue sama sastra dan makasih lo udah mau jadi adik gue :D pasti lo bangga banget kan bisa punya kakak kayak gue?? Iya dong.. Hahaa
Gue berdoa agar hubungan kita tetap ringan, komunikasi kita tetap hangat walaupun sering ga jelasnya -___- Aamiin.

Selamat ulang tahun yang ke dua puluh kalinya Echaa {}
Semoga lo makin pinter
Semoga lo makin bisa ngebanggain orang tua lo
Semoga lo tetap bahagia
Ga peduli di dunia apa kita 'terdampar' sekarang, yang jelas tetap lakukan yang terbaik. Oke :D
Cita-cita ga melulu harus jadi profesi kok ;)
Cuma doa dan tulisan sederhana ini yang bisa gue kasih di hari bahagia lo kali ini
Selamat ulang tahun adikkuu :* {}

NB: Gue sebenarnya pengen banget nyeritain kisah gadis bego di jalan raya pada suatu malam. Tapi ga deh, cukup kita aja yang tau ;)

Minggu, 31 Mei 2015

Sajak ber-Akhir

Akhirnya..
Aku sampai pada titik balik minimum yang mengharuskanku untuk memilih. Melanjutkannya bersamamu atau melanjutkannya sebagai kenangan saja.

Akhirnya..
Aku sampai pada bagian dimana rasa tak lagi mampu didusta.
Bersamamu tentu saja bahagia, tapi apa guna jika itu hanya sementara

Akhirnya..
Aku sampai pada pemahaman bahwa cinta tak selamanya bisa direncana.
Apalagi sampai direkayasa untuk sebuah jalan cerita yang berakhir bahagia

Akhirnya..
Aku sampai pada sebuah logika nyata. Bahwa berpijak di tanah berduri akan jauh lebih baik daripada berjalan bersamamu di awang-awang semu

Akhirnya..
Aku sampai pada penglihatan yang menghadirkan ilusi.
Sebuah pohon berwarna hijau muda padahal aslinya telah coklat tua

Akhirnya..
Aku sampai pada akhir cerita.
Aku dan kamu, bukan kita.

(Cermin) Pengukuhan yang Menghitam

Aku lulus. Aku berhasil merampungkan tiga setengah tahun proses perkuliahan dan aku dinyatakan lulus. Lebih cepat dari yang kau bayangkan. Iya, aku mendapatkan gelar pendidikan itu. Gelar yang selama ini kau nantikan. Gelar pendidikan yang selama ini kau perjuangkan untukku. Aku tahu, tak semudah itu kau mendampingiku dalam setiap prosesnya. Aku juga tahu betapa bahagianya kau saat ku hadiahi kabar itu melalui sambungan telepon. Ya, saat itu kita terpisah jarak. Bahkan aku pun tahu saat itu kau sedang menangis, terharu. Kau akan mendampingiku. Itu yang kau janjikan untukku. Tentu saja aku tidak sabar menanti hari pengukuhan gelarku. Sudah terbayang betapa bahagianya aku, kau dan kita.

Ini bagian yang tak ku suka. Kurang dari dua puluh empat jam sebelum hari itu, kau memberiku kabar yang sama sekali tak ku butuhkan. Penerbanganmu dibatalkan. Aku kehilangan tempat berpijak. Aku kehilangan udara untuk bernafas. Aku marah. Aku kecewa. Entah kepada siapa. Namun, dengan air mata tetap ku lalui hari pengukuhan gelar yang menghitam itu.

Sekarang aku disini, berdiri menatap sebuah figura yang memajang potret diri dengan toga, beserta ibu dan adik-adik tanpa kau tentu saja.
Sekarang aku mengerti bahwa saat itu kau yang lebih tersakiti, bukan aku. Maafkan aku.

Cermin. Cerita mini yang tidak lebih dari 200 kata. Ini adalah cermin kali ke-tiga yang saya kirim untuk menyemarakkan event mingguan @bentangpustaka :D

Jumat, 29 Mei 2015

Surat Cinta Pertama



Dear Warung Blogger

Bersamamu aku mengenal dunia
Menjadi bahagianmu sungguh membuatku bahagia
Di usiamu yang masih sangat belia
Ku rangkai doa sederhana dengan pengharapan luar biasa
Selamat bertambah usia Warung Blogger tercinta..

Malu sebenarnya karena aku tak pandai merangkai kata apalagi menjadikannya sebuah surat cinta. Tapi, untuk menyemarakkan usiamu yang keempat ini aku rela deh menutup muka. Hahaa...

Warung Blogger. Aku mengenalmu belum lama, tapi kau sungguh mampu membuatku merasa istimewa dengan caramu sendiri tentu saja. Aku bahkan lupa, apa dan siapa yang telah mengantarkanku bisa mengenalmu bahkan sekarang menjadi bahagianmu. Entahlah. Mungkin ini yang dinamakan jodoh, aku jatuh cinta padamu tanpa tahu asal mula. Sungguh aku berterima kasih kepadanya yang telah mempertemukan kita.

Ah, Warung Blogger. Aku masih ingat, tepat di momen bertambahnya usiamu aku ikut memberikan ucapan selamat tanpa mengharap respon apa-apa mengingat statusku masih biru sebagai warga baru. Tapi, siapa yang menyangka kau merespon ucapanku. Kau membalas ucapanku, bahkan lebih cepat dari aku menuliskan ucapan itu (oke ini lebay, peaceee :D ). Sekali lagi aku merasa istimewa dengan caramu. Kau begitu hangat kepada aku dan mereka yang menjadi bahagianmu.

Warung Blogger, bersamamu aku mengenal dunia. Ya, Aku masih sangat baru di dunia (per-blogger-an) ini. Sebelumnya aku hanya bisa memaksa sahabatku untuk mengunjungi blog yang berisi karya-karyaku yang tak seberapa, sungguh malu. Tapi, sejak bersamamu aku tak melakukannya lagi, cukup dengan #HappyBlogging semuanya menjadi lebih mudah. Mereka datang mengunjungi karyaku tanpa paksaan, memberikan komentar bahkan pujian yang sama sekali tak ku sangka. Bersamamu juga aku mengenal mereka. Terima kasih telah menjadi rumah menyenangkan untuk kami para pemula.

Bagianmu yang menjadi favoritku adalah #HappyBlogging karena banyak ilmu disana. Masih ingat gimana aku tanpa malu membagi link postinganku dengan menyertakan #HappyBlogging. Aku pikir, aku akan terabaikan mengingat statusku yang masih baru. Tapi, tak lama tab pemberitahuan itu membuatku lagi-lagi merasa istimewa. Kau me-reshare postinganku. Iya, postinganku. Ah, maafkan aku sempat berburuk sangka padamu. Bersamamu aku bisa merasakan bagaimana sebuah karya yang aku buat  bisa dinikmati oleh mereka. Sungguh rasa yang luar biasa. Bahagia.

Rasanya tak ada celah untukku menghakimimu dengan kritikan. Rasanya juga tak pantas karena aku masih belum mengenalmu terlalu dalam. Sejauh ini kau begitu hangat kepada aku dan mereka yang menjadi bahagianmu. Selalu kau sapa kami dengan keramahan ketika membuka mata bahkan sebelum mata ini kembali terpejam dan selalu menyertakan #WargaWB. Semoga seterusnya tetap seperti itu. Aku sungguh beruntung bisa bersamamu. Tapi, jika memang harus untuk kebaikanmu, baiklah. Aku rasa kau harus lebih sering lagi dalam me-reshare postingan serta lebih dekat lagi dengan wargamu. Oke, ini bukan kritikan tapi lebih kepada pengharapanku. Maafkan.

Terima kasih warung blogger
Terima kasih untuk yang tak terlihat, yang ada di dapur warung
Semoga tetap semangat menyeduh ilmu untuk kami nikmati
Terima kasih

Aku tak yakin ini bisa dibilang surat cinta atau tidak. Ah, biarlah. Yang jelas melalui surat (cinta) pertama ini aku hanya ingin mengutarakan apa yang ku rasa.
Selamat ulang tahun yang ke empat Warung Blogger tercinta. Semoga ada ulang tahun kelima, keenam, ketujuh dan kesekiannya. Aamiin. Di momen #4tahunWB kali ini hanya doa sederhana yang bisa ku hadiahkan untukmu. Semoga kau tetap eksis dan tetap ada untuk merangkul dan memberikan seduhan kopi hangat penuh adiksi untuk kami; ilmu.

Semoga aku juga tetap bisa menuliskan surat kedua, ketiga, keempat dan kesekiannya untukmu, tanpa berbatas 750 kata tentu saja. Aamiin. :D
Selamat ulang tahun warung blogger tercinta.

Sekian dulu ya surat dariku. Ah, sungguh aku tak sabar untuk menuliskan surat berikutnya untukmu. Aku tunggu balasan surat darimu. :D

With Love
@Ameee93
Warga baru yang banyak mau.
Hahaa



Psssttt... sejak jadian sama Warung Blogger, twitterku jadi rame loh. Iya, lebih rame dari biasanya :D

Kamis, 28 Mei 2015

Sajak Sendirian

Lebih baik sendiri, daripada berakhir dengan keributan

Lebih baik sendiri, daripada terus merasa istimewa padahal bukan apa-apa

Akhirnya ku ucap terima kasih untuk rasa yang tak biasa walaupun hanya sementara

Dan ku rapal untaian maaf untuk dia, yang sempat terpikir olehku untuk merebutmu darinya

Ah, hanya aku yang terlalu berharap lebih padamu, Tuan

Sampai akhirnya distilasi alkena mengajarkan

Bahwa cinta bukan tentang kepemilikan

Melainkan cinta adalah tentang keikhlasan

Pun ikhlas mencintaimu dalam kesendirian

Aku meng-iya-kan.

Terima kasih untuk Mas Wiranagara dan distilasi alkena-nya :)

Selasa, 26 Mei 2015

Cinta Luar Biasa

Cinta itu tak terlihat tapi teraba
Menghampiri setiap orang tanpa kenal nama ataupun rupa
Ada yang mewujudkannya nyata
Namun ada juga yang memupuknya dalam hening suara

"Ciee El, diperhatiin mulu deh"
"Gue jatuh cinta sama dia"
"Udah seratus kali lo bilang"
yang dipanggil El tersenyum tanpa melepas pandangannya dari objek yang menjadi perbincangan mereka saat itu. Ya, udah lama El mencintai gadis yang menjadi objek pandangannya itu. Mencintai dalam diam.
"Jangan diliatin mulu, ga bisa tidur lo ntar"

Tak semua orang mampu mencinta tanpa suara
Menahan setiap gejolak yang ada
Menyapa seolah tanpa rasa
Tak semudah yang dikira, nona

"Gue tadi ga sengaja ketemu dia di kantin kampus"
"Terus?"
"Gue nyapa, akhirnya kita makan bareng"
"Lo makan??"
"Engga, gue cuma ngeliatin dia. Bisa ada di dekat dia dan natap wajah dia seintens itu udah bikin gue kenyang"
"Ga heran sih"
"Gue mau nembak dia"
"Lo gila"
"Gue cinta sama dia"

Ketika cinta mengalahkan segala
Menumbuhkan segala asa
Melumpuhkan seluruh logika
Karena cinta aku bisa

"Haii Luna"
"Eh elo, El. Haii" gadis yang disapa Luna itu tersenyum.
"Boleh bicara sebentar Lun?"
"Ada apa El?"
"Gue jatuh cinta"
"Seriuus lo??" Luna sangat antusias mendengar curhatan El.
"Iya"
"Kalo boleh gue tau, siapa yang beruntung itu El?"
"Kamu, Luna" sontak jawaban El membuat Luna membisu.

Siapa yang tak senang jika dicinta
Siapa yang tak bahagia jika didamba
Namun, apa daya jika dianugerahi hati yang sama

"Gue udah nembak dia tadi pagi"
Penuturan El tentu saja membuat Reina seketika tersedak dari aktivitas minum tehnya, tak menyangka sahabatnya itu nekat juga karena cinta.
"Nekat lo. Trus jawaban dia gmna?"
"Ga dijawab tapi juga ga ada penolakan Rein" Reina tau persis gimana sahabatnya itu menderita karena merawat cinta secara diam-diam.
"Udah lah El, mungkin aja dia udah ilfill sama lo. Sekarang lo lupain dia dan buka hati lo buat orang lain. Buat cinta yang lebih pantas"
El tampak mengacak rambutnya yang cepak itu frustasi.
"Gue ga bisa"

Bukankah cinta itu anugerah
Seperti yang sering didendangkan para pujangga
Jika Tuhan menghadiahi cinta
Bukan tidak mungkin juga disediakan jalan untuk mengupaya

El sama sekali ga mundur. Dia semakin berupaya mendekati Luna, memberi gadis itu perhatian lebih dari biasanya. Luna sama sekali tidak menolak diperlakukan lebih istimewa oleh El. Sampai akhirnya di hari ketiga setelah penyataan cinta itu El mengirim setangkai mawar merah untuk Luna.
"Kak Luna, ada titipan nih" seorang mahasiswi yang merupakan adik tingkat Luna memberikan setangkai mawar merah beserta sebuah kartu yang tentu saja membuat Luna mengernyitkan dahi. Luna membuka kartu tersebut dan semakin terkaget ketika membaca tulisan di kartu itu.

Dear Luna..
I love you. Kamu mau jadi pacar aku??

Luna membaca tulisan di kartu itu berulangkali, entah perasaan macam apa yang sedang memenuhi ruang hatinya saat ini. Seperti ada penolakan sekaligus penerimaan.
Luna langsung mengambil handphonenya dan mengetikkan sederet kalimat yang tentu saja ditujukan untuk si pengirim mawar merah yang baru saja diterimanya.

Ketika cinta menyapa
Entah kepada siapa
Yang jelas rasa itu muncul tiba-tiba
Yang membuat penerima mampu menebas segala
Ya, (mungkin) aku bisa

Tiga bulan sudah El dan Luna menjalin hubungan yang tak biasa. Bagi El, Luna adalah gadis yang beda dari kebanyakan gadis diluar sana. Sifatnya yang cenderung cuek, ga perhatian tapi mampu membuat El menyayangi gadis itu lebih dari apapun. Akhir-akhir ini El tau Luna sedang sibuk dengan skripsinya, El sangat ingin melihat Luna sukses dan bisa mendampingi gadis itu di hari wisudanya nanti. Itu juga yang membuat El tidak banyak menuntut. El menyayangi Luna meski dia tau ga semua orang bisa menerima hubungan mereka.

"Dia masih ga ngabarin lo?" El sedang bersama Reina, sahabat yang selalu mendengar keluh kesahny.
"Iya, mungkin dia sibuk sama skripsinya"
"Engga lah El, gue rasa dia cuma main-main sama lo. Ga mungkin dia mau sama lo" entah apa maksud ucapan Reina itu.
"Dia sayang kok sama gue"
"Dia cuma manfaatin lo"
"Dia ga manfaatin gue"
Lagi-lagi perdebatan itu terjadi, Reina memang selalu memberi dukungan kepada El dalam urusan apapun, tapi entah kenapa untuk hal yang satu ini Reina sama sekali tidak berniat mensupport sahabatnya itu. Ada perasaan tidak rela.
"El, lo buka mata dan hati lo. Lo udah dibutain sama cinta El"
"Gue cinta sama dia"
"Iya gue tau, tapi lo ga boleh sampai sejauh ini. Keluarga lo ga suka"
El terdiam mendengar ucapan Reina. Ya, ga semua orang bisa menerima.
"Gue ga peduli"
"Lo tau resikonya kan El?" Reina mulai melunak, dia sangat tau watak sahabatnya ini.
"Gue tau. Gue tau bahkan langit pun ga suka dengan hubungan gue ini. Walaupun nanti Tuhan bakal misahin gue sama dia, tapi gue janji sama diri gue sendiri. Gue bakal ada di kiri, kanan bahkan di depan buat ngelindungin dia. Gue sayang banget sama dia Rein" suara El bergetar diakhir kalimatnya. El menangis.
Reina hanya menatap sahabatnya itu iba, dia tau betul dilema apa yang sedang El hadapi. Reina perlahan mendekati El dan merengkuhnya. Berupaya menyalurkan kekuatan yang dia punya.
"El.. gue yakin ini pasti ada jalan keluarnya. Lo harus tetap jadi Eliana yang gue kenal. Lo harus tetap kuat El, malu sama dandanan lo yang udah cowok banget kalo lo nangis kayak gini. Cewek tomboy"

Cinta, semacam permen dari langit dengan rasa yang komplit dalam sekali gigit.
Tak ada yang bisa menolak ketika dianugerahi cinta, tak terkecuali mereka dengan hati yang sama.

Based on true story. Terima kasih buat kakak tomboy yang udah mau berbagi kisahnya sama Aku :D

Cinta Luar Biasa

Cinta itu tak terlihat tapi teraba
Menghampiri setiap orang tanpa kenal nama ataupun rupa
Ada yang mewujudkannya nyata
Namun ada juga yang memupuknya dalam hening suara

"Ciee El, diperhatiin mulu deh"
"Gue jatuh cinta sama dia"
"Udah seratus kali lo bilang"
yang dipanggil El tersenyum tanpa melepas pandangannya dari objek yang menjadi perbincangan mereka saat itu. Ya, udah lama El mencintai gadis yang menjadi objek pandangannya itu. Mencintai dalam diam.
"Jangan diliatin mulu, ga bisa tidur lo ntar"

Tak semua orang mampu mencinta tanpa suara
Menahan setiap gejolak yang ada
Menyapa seolah tanpa rasa
Tak semudah yang dikira, nona

"Gue tadi ga sengaja ketemu dia di kantin kampus"
"Terus?"
"Gue nyapa, akhirnya kita makan bareng"
"Lo makan??"
"Engga, gue cuma ngeliatin dia. Bisa ada di dekat dia dan natap wajah dia seintens itu udah bikin gue kenyang"
"Ga heran sih"
"Gue mau nembak dia"
"Lo gila"
"Gue cinta sama dia"

Ketika cinta mengalahkan segala
Menumbuhkan segala asa
Melumpuhkan seluruh logika
Karena cinta aku bisa

"Haii Luna"
"Eh elo, El. Haii" gadis yang disapa Luna itu tersenyum.
"Boleh bicara sebentar Lun?"
"Ada apa El?"
"Gue jatuh cinta"
"Seriuus lo??" Luna sangat antusias mendengar curhatan El.
"Iya"
"Kalo boleh gue tau, siapa yang beruntung itu El?"
"Kamu, Luna" sontak jawaban El membuat Luna membisu.

Siapa yang tak senang jika dicinta
Siapa yang tak bahagia jika didamba
Namun, apa daya jika dianugerahi hati yang sama

"Gue udah nembak dia tadi pagi"
Penuturan El tentu saja membuat Reina seketika tersedak dari aktivitas minum tehnya, tak menyangka sahabatnya itu nekat juga karena cinta.
"Nekat lo. Trus jawaban dia gmna?"
"Ga dijawab tapi juga ga ada penolakan Rein" Reina tau persis gimana sahabatnya itu menderita karena merawat cinta secara diam-diam.
"Udah lah El, mungkin aja dia udah ilfill sama lo. Sekarang lo lupain dia dan buka hati lo buat orang lain. Buat cinta yang lebih pantas"
El tampak mengacak rambutnya yang cepak itu frustasi.
"Gue ga bisa"

Bukankah cinta itu anugerah
Seperti yang sering didendangkan para pujangga
Jika Tuhan menghadiahi cinta
Bukan tidak mungkin juga disediakan jalan untuk mengupaya

El sama sekali ga mundur. Dia semakin berupaya mendekati Luna, memberi gadis itu perhatian lebih dari biasanya. Luna sama sekali tidak menolak diperlakukan lebih istimewa oleh El. Sampai akhirnya di hari ketiga setelah penyataan cinta itu El mengirim setangkai mawar merah untuk Luna.
"Kak Luna, ada titipan nih" seorang mahasiswi yang merupakan adik tingkat Luna memberikan setangkai mawar merah beserta sebuah kartu yang tentu saja membuat Luna mengernyitkan dahi. Luna membuka kartu tersebut dan semakin terkaget ketika membaca tulisan di kartu itu.

Dear Luna..
I love you. Kamu mau jadi pacar aku??

Luna membaca tulisan di kartu itu berulangkali, entah perasaan macam apa yang sedang memenuhi ruang hatinya saat ini. Seperti ada penolakan sekaligus penerimaan.
Luna langsung mengambil handphonenya dan mengetikkan sederet kalimat yang tentu saja ditujukan untuk si pengirim mawar merah yang baru saja diterimanya.

Ketika cinta menyapa
Entah kepada siapa
Yang jelas rasa itu muncul tiba-tiba
Yang membuat penerima mampu menebas segala
Ya, (mungkin) aku bisa

Tiga bulan sudah El dan Luna menjalin hubungan yang tak biasa. Bagi El, Luna adalah gadis yang beda dari kebanyakan gadis diluar sana. Sifatnya yang cenderung cuek, ga perhatian tapi mampu membuat El menyayangi gadis itu lebih dari apapun. Akhir-akhir ini El tau Luna sedang sibuk dengan skripsinya, El sangat ingin melihat Luna sukses dan bisa mendampingi gadis itu di hari wisudanya nanti. Itu juga yang membuat El tidak banyak menuntut. El menyayangi Luna meski dia tau ga semua orang bisa menerima hubungan mereka.

"Dia masih ga ngabarin lo?" El sedang bersama Reina, sahabat yang selalu mendengar keluh kesahny.
"Iya, mungkin dia sibuk sama skripsinya"
"Engga lah El, gue rasa dia cuma main-main sama lo. Ga mungkin dia mau sama lo" entah apa maksud ucapan Reina itu.
"Dia sayang kok sama gue"
"Dia cuma manfaatin lo"
"Dia ga manfaatin gue"
Lagi-lagi perdebatan itu terjadi, Reina memang selalu memberi dukungan kepada El dalam urusan apapun, tapi entah kenapa untuk hal yang satu ini Reina sama sekali tidak berniat mensupport sahabatnya itu. Ada perasaan tidak rela.
"El, lo buka mata dan hati lo. Lo udah dibutain sama cinta El"
"Gue cinta sama dia"
"Iya gue tau, tapi lo ga boleh sampai sejauh ini. Keluarga lo ga suka"
El terdiam mendengar ucapan Reina. Ya, ga semua orang bisa menerima.
"Gue ga peduli"
"Lo tau resikonya kan El?" Reina mulai melunak, dia sangat tau watak sahabatnya ini.
"Gue tau. Gue tau bahkan langit pun ga suka dengan hubungan gue ini. Walaupun nanti Tuhan bakal misahin gue sama dia, tapi gue janji sama diri gue sendiri. Gue bakal ada di kiri, kanan bahkan di depan buat ngelindungin dia. Gue sayang banget sama dia Rein" suara El bergetar diakhir kalimatnya. El menangis.
Reina hanya menatap sahabatnya itu iba, dia tau betul dilema apa yang sedang El hadapi. Reina perlahan mendekati El dan merengkuhnya. Berupaya menyalurkan kekuatan yang dia punya.
"El.. gue yakin ini pasti ada jalan keluarnya. Lo harus tetap jadi Eliana yang gue kenal. Lo harus tetap kuat El, malu sama dandanan lo yang udah cowok banget kalo lo nangis kayak gini. Cewek tomboy"

Cinta, semacam permen dari langit dengan rasa yang komplit dalam sekali gigit.
Tak ada yang bisa menolak ketika dianugerahi cinta, tak terkecuali mereka dengan hati yang sama.

Based on true story. Terima kasih buat kakak tomboy yang udah mau berbagi kisahnya sama Aku :D

Jumat, 22 Mei 2015

Sepenggal cerita

Aku mengenalmu melalui lisan

Berjabat tangan denganmu lewat aksara

Tak sedikitpun bagian tubuh kita bersentuhan apalagi hanya sekedar bertemu muka

Tapi kau dendangkan bagimu aku segala

Aku bahagianmu.. itu yang selalu kau nyanyikan saat kita bersua dalam untaian aksara

Aku percaya

Waktuku tak bertepi untukmu, pun denganmu

Kita bahagia, aku bahagia

Aku merasa sangat beruntung dipertemukan dengan mu walau hanya dalam balutan kata tak bersuara

Aku pikir aku lah segala

Aku pikir aku lah satu-satunya

Aku terlalu cepat menyimpulkan

Ternyata dibagian bumi lain

Kau lakukan hal yang sama kepada mereka

Kau juga bahagia bersama mereka yang bahkan bisa kau rangkul dalam tatapan mata

Tak seperti aku yang hanya dalam angan belaka

Baiklah..

Tak ada yang salah

Kau bebas, Tuan

Aku bukan pemilikmu

Sabtu, 16 Mei 2015

Kangen (Masa Lalu)

Hati membeku mengingatkan
Kata janji manismu
Ku dilambung angan-angan
Belaian kasih sayang suci darimu...

Sepenggal lirik yang masih menggema jelas di kamar seorang gadis. Lirik dari sebuah lagu yang akhir-akhir ini sering mengiringi semua kegiatan yang dilakukan gadis itu. Kalau kata anak muda sekarang gadis itu terkena serangan galau akut. Ya, hanya orang-orang dengan hati tak bertuan yang mudah terasuki atau lebih dikenal dengan istilah jones atau jomblo ngenes. Gadis itu bernama Minda, sepertinya saat itu dia juga bagian dari komunitas jones. Kasihan.

"Diihh.. manyun aja lo. Kenapa? Cerita sama gue"
"Gue ga apa-apa"
"Mata lo ga bisa bohong Nda, lagian di jidat lo udah ada tulisan 'lagi galau'nya"
Mendengar ucapan sahabatnya itu Minda dengan cepat bereaksi seolah sedang membersihkan jidatnya, seakan-akan memang ada tulisan disana. Reaksi konyol itu tentu menghadirkan tawa bagi siapa saja yang melihatnya. Amel merasa beruntung bisa menyaksikan tingkah konyol sahabatnya itu. Ya, saat itu Minda memang lagi bersama Amel.

"Ya ampuun.. segitunya yang lagi galau. Ya kali di jidat bisa tiba-tiba muncul tulisan. Hahaa" Amel tertawa dengan puas, membuat Minda sedikit jengkel.
"Ketawa aja teruss"
Terlihat sekali Minda sangat kesal melihat Amel yang bisa tertawa selepas itu, memang ia sedang galau tapi tidak seharusnya seorang sahabat menertawainya seperti itu, pikir Minda.

"Ya cerita dong.. ada apa?" Amel berhenti tertawa dan siap menjadi pendengar yang baik.
"Gue kangen"
"Sama?"
"Dino"
"Apaaa????" Amel kaget bukan main mendengar nama yang baru saja disebutkan Minda. Kalau disinetron mungkin udah zoom in-zoom out berkali-kali ke wajah Amel, disertai suara petir yang menggelegar. Tapi karena saat itu bukanlah adegan sinetron jadi yang terlihat hanya mulut menganga Amel yang siap dimasuki lalat jika lewat.
"Biasa kali Mel"
"Hehehee... sorry Nda, gue kaget aja denger nama tu orang. Tapi kenapa lo tiba-tiba bilang kangen dia?"
"Entahlah Mel.."
"Hmm.. seingat gue, lo putus sama dia tahun 2010 dan sekarang udah 2015. Hellooowww... lo gagal move on?" Amel menyipitkan matanya menatap Minda penuh selidik.
"Gue udah move on" jawab Minda tegas.
"Kalo lo masih bilang kangen itu artinya lo gagal, nona" Amel merasa yakin dengan analisanya.
"Gue juga ga tau kenapa tiba-tiba bisa keingat dia, bisa kangen kayak gini sama dia" ucap Minda sedikit frustasi.
"Tenang kawan... coba jelasin apa yang terjadi sampai lo bisa keingat dia lagi. Lo stalk twitternya??"
"Engga"
"Lo liat dia lagi happy sama pacarnya yang sekarang?"
"Engga"
"Lo ketemu dia secara ga sengaja. Nah, kali ini tebakan gue pasti bener"
"Engga"
"Lantas apaa cantiikk???" Kali ini Amel yang mulai frustasi karena gagal menebak.
"Gue tadi lewat kedai pisang goreng langganan kita dulu, entah kenapa gue jadi ingat Dino"
"Kedai pisang goreng yang di ujung gang itu??"
"Iya"
"Bukannya tiap hari lo lewat sana, kenapa sekarang jadi drama gini?"
"Gue.." Minda mulai ragu melanjutkan ceritanya.
"Gue apa??"
"Gue tadi ngeliat cowok yang lagi nyuapin pisang goreng ke pasangannya. Tiba-tiba gue ngebayangin kalau Dino yang ngelakuin hal itu ke gue"
Hening
"Bhuahahaaaaa" tawa Amel lepas seketika.
"Ada yang lucu?" Minda kesal dengan suara tawa Amel.
"Jadi ceritanya pisang goreng pembangkit luka. Hahaaa" Amel belum bisa menghentikan tawanya. Sahabat macam apa ini. Entahlah.

"Udahlah Nda, lupain Dino dan segala kenangannya itu. Ga usah diingat-ingat lagi"
"Ngomong sih gampang"
"Yup, segampang makan pisang goreng"
"Lo ga ngerasain Mel, kangen itu ga ada yang bisa ngatur. Soal hati, soal perasaan"
"Ada. Lo sendiri yang ngaturnya, lo yang ngatur rasa kangen itu atau kangen itu yang bakal ngatur lo. Tinggal gimana lo aja Nda.."
"Maksud lo apa?"
"Ternyata kegalauan bisa menurunkan inteligensi seseorang"
"Serius Mel..."
"Oke. Kangen sama seseorang yang pernah jadi bagian dalam hidup kita itu hal yang wajar, rasa yang masih sangat manusiawi. Tapi kalau rasa itu justru bikin aktivitas kita jadi 'mati', kayak yang lo lakuin. Ngelamun.. ngelamun dan ngelamun. Apa untungnya coba??? Emang mantan lo itu tau kalo lo lagi ngelamunin dia?"
Minda hanya diam mencoba meresapi setiap kalimat yang diucapkan Amel.

"Engga kan Nda?? Mantan lo ga bakal tau apa yang terjadi sama lo, gue aja ragu dia masih ingat sama lo"
"Gue bingung Mel.."
"Ga pake bingung. Sekarang lo yang nentuin bakal lo apain itu rasa kangen keinget mantan" jawab Amel santai.
"Gue ga tau"
"Hufftt.. susah sih ya ngomong sama orang galau. Gini, kalo lo mau rasa kangen lo itu tuntas, hubungin dia"
"Apaa??? Engga" Minda sama sekali tidak kepikiran untuk menghubungi mantannya itu.
"Ya udah, nikmatin aja kangen lo itu. Kali aja bisa ilang sendiri" jawab Amel cuek.
Minda ragu apa rasa itu akan hilang dengan sendirinya atau malah makin menjadi.
"Gue gengsi Mel.." ucap Minda jujur
"Hubungin dia bukan berarti lo minta balikan, sekedar tau kondisi dia kan juga cukup. Yang penting kangen lo terobati. Atau kalo lo ga mau, ya udah singkirkan itu perasaan dari diri lo, gimana caranya? lo atur deh.." terlihat sekali Amel ingin sahabatnya itu bisa mengambil sikap. Tampak sekali Minda sedang menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan.
"Gue ga akan ngehubungin dia Mel, tapi gue bakal tetap berusaha meredam rasa kangen ini" ujar Minda dengan kemantapan hati yang terpancar jelas dari sorot matanya.
"Yakin??? Kali aja dia jodoh lo yang tertunda" Amel masih menggoda Minda.
"Yakin" jawab Minda tegas.
Amel hanya tersenyum mendengar jawaban Minda. Umpannya termakan.

Hati memang organ paling krusial yang cara dan waktu kerjanya tak bisa ditebak. Tapi jika bisa menemukan solusi yang tepat, hati juga bisa diatur.

Tribute to Minda (@Minda_MW). Cerita yang direquest secara paksa karena lagi keingat mantan. Oke. buat mantan Minda yang entah siapa, ketahuilah bung.. ada mantan pacarmu yang sedang merindukanmu. Bernama Minda.
Salam damai dari penulis :D

Sajak Patah Hati

Ketika hati kian memutih
Rasa itu pun mulai bias
Genggaman yang mulai melemah
Kemudian melepas dan terlepas
Saat itu aku diam
Menanti dan menyaksikan
Melihat kita yang menjadi entah siapa
Mencipta jarak yang kian menganga
Aku mencoba menjamah jemari lagi
Telah jauh
Tak tergapai
Lagi-lagi aku diam
Di sudut bernama kenangan

Jumat, 15 Mei 2015

Seperti Kertas dan Tinta

Menghujam berkali2 tanpa pernah meng-aduh
Menumpahkan sejadi-jadinya tanpa pernah mengeluh
Menodai hingga lusuh
Bahkan diabaikan tanpa pernah merusuh
Melengkapi dalam kesempurnaan jejak kata
Menghiasi dalam keindahan warna
Nyata dalam hitam dan putihnya
Hanyutkan kenangan hingga ke muaranya 
Hanya ingin seperti kertas dan tinta Sederhana..

Ketika Hati

Aku mencintai dia yang menjadi milikmu..
Bumi marah
Langit menjerit
Awan memandangku hina
Aku mencintai dia yang menjadi milikmu..
Dedaunan menghujat
Angin murka
Bahkan udara enggan menyapa
Aku mencintai dia yang menjadi milikmu
Hujan menamparku
Aku mencintai dia yang menjadi milikmu!!!
Hatiku..
mencintai dia yang menjadi milikmu
Membisu...

Kamis, 14 Mei 2015

All About Fams..

Keluarga, seperti nano-nano yang rame rasanya. Semua ada disini, sebuah wadah bernama keluarga. Sumber dari segala sumber. Tempat lo melihat matahari tersenyum saat malam sekalipun, tempat lo merasakan sejuknya embun ditengah cuaca terik sekalipun. Ya, keluarga.

Hangatnya bakal lo rasain dimanapun berada, hanya dengan sebuah sapaan, bahkan sapaan tanpa suara sekalipun jika itu berasal dari keluarga, hangatnya bisa menjalar sampai ke jiwa. Semua orang tahu itu.
Awal dari segala langkah dan akhir dari segala tujuan. Komunitas sederhana tapi mampu menguntai berjuta makna. Tempat lo berkeluh kesah, tempat lo berbagi kisah tempat lo merangkai langkah.
Semuanya berawal disini. Keluarga.

Tempat lo bisa melihat malaikat tanpa sayap, tempat lo bisa merasakan nyamannya dilindungi ksatria tanpa kuda. Tempat lo bisa menikmati orkestra klasik alami tanpa alat musik.
Keluarga, seperti hujan yang akan memberi kesejukan disaat lo merasa gersang, seperti matahari yang memberi kehangatan disaat lo basah. Seperti penunjuk arah disaat lo berjalan terlalu jauh atau bahkan tersesat. Seperti edelweis yang selalu abadi meski terpisah dari akarnya.
Keluarga, tempat lo kembali pulang.

Keluarga, orang pertama yang akan menampar lo dengan keras ketika berjalan menyimpang arah. Orang pertama yang akan memeluk lo erat dengan ucapan selamat ketika lo berhasil menorehkan suatu pencapaian. Orang pertama yang akan membantu lo berdiri ketika tersandung bahkan jatuh sekalipun.

Keluarga tidak melulu tentang ayah, ibu, kakak dan adik dalam artian sempit tapi tentang komunitas yang bisa membuat lo nyaman disituasi tidak aman sekalipun.
Keluarga tidak harus terikat hubungan darah, bahkan mereka yang tidak pernah lo jumpai sekalipun adalah keluarga ketika lo merasa nyaman.
Keluarga, tempat lo kembali pulang.

Tribute to Echa, keluarga gue yang sama sekali belum pernah ketemu muka. Semoga suatu saat kita bisa jumpa ya Cha.. :* {}

Rumah Cemara

Bukan tentang film televisi yang diperanin Abah dengan becaknya, Emak dan jualan opak (hayyoo.. siapa yang masih ingat???), sama sekali bukan. Kali ini gue bercerita tentang sebuah rumah kontrakan dengan ukuran minimalis cenderung sederhana yang ditempati beberapa mahasiswa tingkat akhir di masa-masa sulit perkuliahan. Nyelesein Skripsi.

Berawal dari niat dua orang mahasiswa untuk hengkang dari kosan lamanya, katanya sih mau cari suasana baru kalau istilah abege sekarang move on, ga tau deh move on dari siapa dan apa. Oke, sebut saja dua orang itu Amee (@Ameee93) dan Elsa (@fitriaelsa73). Ya, gue dan Elsa sebelumnya satu kosan dan emang udah punya niat banget buat move on, Sari juga pengen ikut kita sih tapi ya gitu ada beberapa kendala, mungkin belum siap ninggalin mantan *eh. Oke, ini gue becanda yang cenderung serius.

Kita ga mau cari kos-kosan karena pasti bakal rame banget, sedangkan kita butuh suasana tenang buat bisa nuntasin misi terakhir sebagai mahasiswa. Yup, skripsi. Nah, tau gue sama Elsa berniat pindah, muncul seorang mahasiswa yang juga lagi luntang-lantung ga jelas di kosan lamanya, sebut saja Minda (@Minda_MW) yang masih satu kloni sama gue dan Elsa. Merasa senasib dan kalau gue cuma sama Elsa itu rasanya terlalu romantis, akhirnya kita bertiga memutuskan menyatukan kekuatan dan mulai mencari kontrakan. Yeeaahh.

Singkat cerita, siang itu Minda sma Elsa muter-muter nyari kontrakan yang cocok buat kita, gue terima bersih aja. Hahaa. Mereka udah nyamperin beberapa kontrakan tapi ya gitu masih belum ada yang cocok  sampe akhirnya mereka nyasar ke sebuah gang di pinggir jalan raya dan menemukan sebuah rumah kontrakan dengan cat hijau, halaman luas dan pagar hitamnya. Jl. HR. Soebrantas, gang Iman, Panam, Pekanbaru. Fix. Itu kontrakan kita yang baru.

Pertama kali sampai di rumah itu gue langsung ngerasa nyaman, lingkungannya juga asik banget. Gue, Elsa dan Minda menyebutnya Rumah Cemara dan siapapun yang pernah menghabiskan malam disana adalah keluarga cemara. Duhh kangen *lapingus. Rumah itu cuma memiliki satu kamar yang tidak terlalu luas, ruang tamu yang masih tidak terlalu luas, dapur serta kamar mandi yang juga minimalis. Sangat pas buat kita yang ga punya banyak waktu buat bersih-bersih atau mungkin ga suka bersih-bersih. Entahlah.

Rumah cemara memang minimalis tapi sangat elastis, karena di masa-masa tertentu bisa menampung sampai delapan orang. Oke, sepertinya gue juga harus memperkenalkan siapa aja penghuni rumah cemara. Cekidoot.

Penghuni tetap tentunya gue, Elsa dan Minda. Di rumah cemara kita punya nama baru, Minda sebagai pencetusnya. Gue menamakan diri Zulaikha, diterima. Minda dengan nama Ainun, diterima. Elsa berniat menamakan diri Zarra, ditolak. Ya, gue sama Minda ga setuju dengan nama Zarra karena terlalu bagus buat Elsa akhirnya kita menyematkan nama Zaitun. Ya Elsa adalah Zaitun atau Atun. Walaupun dia masih ngotot dengan nama Zarra-nya itu tapi buat kita namanya tetap Atun.

Di rumah cemara kita jarang masak, kalau lapar ya tinggal calling, yup delivery order di tempat makan langganan kita. PH. Walaupun tinggal di kontrakan sederhana tapi kita selalu delivery order di PH. Kita mah gitu orangnya. Sampai sekarang gue masih nyimpan nomor ph, karena gue yang sering kebagian buat order.
Rumah cemara ga cuma diisi oleh penghuni tetap, adalagi penghuni tamu yang tetap. Catet ya, tamu tetap. Mereka adalah Raty (@Raty_lestari) dan Sari. Mungkin ga ada istilah tamu d rumah cemara, karena biasanya tamu itu ada sungkannya tapi mereka tidak. Setiap yang datang ga ada sungkannya, menganggap rumah cemara adalah rumah mereka sendiri. Fun. Raty selalu datang dengan bayak makanan dan yang paling gue suka adalah tempe goreng buatan Mama Raty. Kangen banget. Pokoknya kalau Raty datang sama dengan kenyang. Hemat, ga perlu calling PH (mental anak kost-_ -).

Selanjutnya penghuni tamu yang cenderung tetap, Raisah (@raisah_al) dan Yani. Mereka sering nginap di rumah cemara walaupun belum seintens sari dan raty. Raisah temen gue ini bukan artis apalagi penyanyi, suara dia cenderung cempreng, ga enak. Tapi dia lawan gue, Rai ini fans Madrid sedangkan gue fans Barca tapi kita tetap akur di urusan lain. Sweet. Pernah kejadian satu malam kita semua tidur di rumah cemara, semua yang gue sebutin tadi. Ya, rumah cemara memang elastis.

Rumah cemara penuh tawa bahkan penuh gosip, maklum ya namanya juga mental ibu-ibu. Ga jarang juga ada perdebatan bahkan sampai aksi ngambek, mungkin gue yang paling sering ngambek. Faktor umur sih, gue yang paling kecil diantara mereka. Ibaratnya gadis polos di sarang tante-tante *ditonjok*.
Rumah cemara lingkungannya asik banget, deket sama mesjid, warung, jalan raya. Strategis.

Sekarang cerita tentang tetangga, karena kita hidup ga sendiri. Di depan, ada rumah Atuk dan Nenek. Pasangan suami istri yang romantis di masa tuanya. Beliau selalu pergi ke mesjid bareng, Atuk selalu ngantar Nenek setiap pagi. Kita cuma kenal lewat senyuman dan sapaan-sapaan ringan. Tapi gue pernah ngobrol sama Atuk pas pulang dari mesjid, saat itu ga ada nenek, mungkin udah pulang duluan. Posisinya Atuk udah jalan duluan dan gue baru keluar mesjid, Atuk nungguin gue buat jalan bareng. Uhh so sweet. Mungkin Atuk takut liat gue jalan sendiri. Ya, biasanya gue ke mesjid bareng Minda tapi entah kenapa petang itu gue sendiri. Tapi menyenangkan bisa jalan bareng Atuk *eh.

Selain itu ada cucu lelaki Atuk yang sering menghiasi pemandangan depan rumah. Ga tau nama aslinya, tapi anak cemara memanggilnya Amin. Lelaki itu, jodoh gue yang tertunda. Aamiin. Hahaa.
Di samping, ada kontrakan yang masih satu kloni dengan rumah cemara. Ada kakak jerawat, yang selalu jadi bahan gosip kita. Kakak gendut yang kita ga tau namanya. Ada Dina yang lumayan sering interaksi sama anak cemara. Mereka satu kontrakan tepat di sebelah rumah cemara, mahasiswa tingkat akhir yang hampir expired. Disebelahnya lagi ada kontrakan juga yang dihuni oleh Ririn and the gank, mahasiswa yang masih junior.

Selain itu ada tukang bakso dan sate langganan, yang sering mengisi kekosongan perut di sore hari. Kangen. Pokoknya kalau di rumah cemara selalu kenyang, yang penting ada uang. Hahaa.
Ya ampuun, gue lupa *nepokjidat* di rumah cemara juga ada kak Yin sebagai penghuni tetap. Catet,  penghuni tetap. Kak Yin emang sering ga di rumah, karena sering pulkam, Kak Yin bukan mahasiswa lagi. Tapi kak Yin penyelamat kita, rumah cemara dicap sebagai sarangnya jomblo tapi kalau kak yin di rumah stigma sarang jomblo itu terpatahkan. Kak Yin punya pacar, satu-satunya yang punya pacar diantar kita saat itu namanya Bang Anta. Bang Anta masih ngampus dan sering gue tebengin kalau mau bimbingan sripsi :D
Penghuni rumah cemara adalah keluarga. :)
Keluarga tidak melulu tentang ayah, ibu, kakak dan adik dalam artian sempit tapi tentang komunitas yang bisa membuat lo nyaman disituasi tidak aman sekalipun.
Keluarga tidak harus terikat hubungan darah, bahkan mereka yang tidak pernah lo jumpai sekalipun adalah keluarga ketika lo merasa nyaman. Keluarga tempat lo kembali pulang.
Masih banyak cerita di rumah cemara, tapi gue rasa cukup dulu.  Gue ngantuk. Gue nulis ini dalam situasi yang kangen berat sama suasana rumah dan keluarga cemara. Miss you, all :*
To be continue..