Selasa, 26 Mei 2015

Cinta Luar Biasa

Cinta itu tak terlihat tapi teraba
Menghampiri setiap orang tanpa kenal nama ataupun rupa
Ada yang mewujudkannya nyata
Namun ada juga yang memupuknya dalam hening suara

"Ciee El, diperhatiin mulu deh"
"Gue jatuh cinta sama dia"
"Udah seratus kali lo bilang"
yang dipanggil El tersenyum tanpa melepas pandangannya dari objek yang menjadi perbincangan mereka saat itu. Ya, udah lama El mencintai gadis yang menjadi objek pandangannya itu. Mencintai dalam diam.
"Jangan diliatin mulu, ga bisa tidur lo ntar"

Tak semua orang mampu mencinta tanpa suara
Menahan setiap gejolak yang ada
Menyapa seolah tanpa rasa
Tak semudah yang dikira, nona

"Gue tadi ga sengaja ketemu dia di kantin kampus"
"Terus?"
"Gue nyapa, akhirnya kita makan bareng"
"Lo makan??"
"Engga, gue cuma ngeliatin dia. Bisa ada di dekat dia dan natap wajah dia seintens itu udah bikin gue kenyang"
"Ga heran sih"
"Gue mau nembak dia"
"Lo gila"
"Gue cinta sama dia"

Ketika cinta mengalahkan segala
Menumbuhkan segala asa
Melumpuhkan seluruh logika
Karena cinta aku bisa

"Haii Luna"
"Eh elo, El. Haii" gadis yang disapa Luna itu tersenyum.
"Boleh bicara sebentar Lun?"
"Ada apa El?"
"Gue jatuh cinta"
"Seriuus lo??" Luna sangat antusias mendengar curhatan El.
"Iya"
"Kalo boleh gue tau, siapa yang beruntung itu El?"
"Kamu, Luna" sontak jawaban El membuat Luna membisu.

Siapa yang tak senang jika dicinta
Siapa yang tak bahagia jika didamba
Namun, apa daya jika dianugerahi hati yang sama

"Gue udah nembak dia tadi pagi"
Penuturan El tentu saja membuat Reina seketika tersedak dari aktivitas minum tehnya, tak menyangka sahabatnya itu nekat juga karena cinta.
"Nekat lo. Trus jawaban dia gmna?"
"Ga dijawab tapi juga ga ada penolakan Rein" Reina tau persis gimana sahabatnya itu menderita karena merawat cinta secara diam-diam.
"Udah lah El, mungkin aja dia udah ilfill sama lo. Sekarang lo lupain dia dan buka hati lo buat orang lain. Buat cinta yang lebih pantas"
El tampak mengacak rambutnya yang cepak itu frustasi.
"Gue ga bisa"

Bukankah cinta itu anugerah
Seperti yang sering didendangkan para pujangga
Jika Tuhan menghadiahi cinta
Bukan tidak mungkin juga disediakan jalan untuk mengupaya

El sama sekali ga mundur. Dia semakin berupaya mendekati Luna, memberi gadis itu perhatian lebih dari biasanya. Luna sama sekali tidak menolak diperlakukan lebih istimewa oleh El. Sampai akhirnya di hari ketiga setelah penyataan cinta itu El mengirim setangkai mawar merah untuk Luna.
"Kak Luna, ada titipan nih" seorang mahasiswi yang merupakan adik tingkat Luna memberikan setangkai mawar merah beserta sebuah kartu yang tentu saja membuat Luna mengernyitkan dahi. Luna membuka kartu tersebut dan semakin terkaget ketika membaca tulisan di kartu itu.

Dear Luna..
I love you. Kamu mau jadi pacar aku??

Luna membaca tulisan di kartu itu berulangkali, entah perasaan macam apa yang sedang memenuhi ruang hatinya saat ini. Seperti ada penolakan sekaligus penerimaan.
Luna langsung mengambil handphonenya dan mengetikkan sederet kalimat yang tentu saja ditujukan untuk si pengirim mawar merah yang baru saja diterimanya.

Ketika cinta menyapa
Entah kepada siapa
Yang jelas rasa itu muncul tiba-tiba
Yang membuat penerima mampu menebas segala
Ya, (mungkin) aku bisa

Tiga bulan sudah El dan Luna menjalin hubungan yang tak biasa. Bagi El, Luna adalah gadis yang beda dari kebanyakan gadis diluar sana. Sifatnya yang cenderung cuek, ga perhatian tapi mampu membuat El menyayangi gadis itu lebih dari apapun. Akhir-akhir ini El tau Luna sedang sibuk dengan skripsinya, El sangat ingin melihat Luna sukses dan bisa mendampingi gadis itu di hari wisudanya nanti. Itu juga yang membuat El tidak banyak menuntut. El menyayangi Luna meski dia tau ga semua orang bisa menerima hubungan mereka.

"Dia masih ga ngabarin lo?" El sedang bersama Reina, sahabat yang selalu mendengar keluh kesahny.
"Iya, mungkin dia sibuk sama skripsinya"
"Engga lah El, gue rasa dia cuma main-main sama lo. Ga mungkin dia mau sama lo" entah apa maksud ucapan Reina itu.
"Dia sayang kok sama gue"
"Dia cuma manfaatin lo"
"Dia ga manfaatin gue"
Lagi-lagi perdebatan itu terjadi, Reina memang selalu memberi dukungan kepada El dalam urusan apapun, tapi entah kenapa untuk hal yang satu ini Reina sama sekali tidak berniat mensupport sahabatnya itu. Ada perasaan tidak rela.
"El, lo buka mata dan hati lo. Lo udah dibutain sama cinta El"
"Gue cinta sama dia"
"Iya gue tau, tapi lo ga boleh sampai sejauh ini. Keluarga lo ga suka"
El terdiam mendengar ucapan Reina. Ya, ga semua orang bisa menerima.
"Gue ga peduli"
"Lo tau resikonya kan El?" Reina mulai melunak, dia sangat tau watak sahabatnya ini.
"Gue tau. Gue tau bahkan langit pun ga suka dengan hubungan gue ini. Walaupun nanti Tuhan bakal misahin gue sama dia, tapi gue janji sama diri gue sendiri. Gue bakal ada di kiri, kanan bahkan di depan buat ngelindungin dia. Gue sayang banget sama dia Rein" suara El bergetar diakhir kalimatnya. El menangis.
Reina hanya menatap sahabatnya itu iba, dia tau betul dilema apa yang sedang El hadapi. Reina perlahan mendekati El dan merengkuhnya. Berupaya menyalurkan kekuatan yang dia punya.
"El.. gue yakin ini pasti ada jalan keluarnya. Lo harus tetap jadi Eliana yang gue kenal. Lo harus tetap kuat El, malu sama dandanan lo yang udah cowok banget kalo lo nangis kayak gini. Cewek tomboy"

Cinta, semacam permen dari langit dengan rasa yang komplit dalam sekali gigit.
Tak ada yang bisa menolak ketika dianugerahi cinta, tak terkecuali mereka dengan hati yang sama.

Based on true story. Terima kasih buat kakak tomboy yang udah mau berbagi kisahnya sama Aku :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar