Minggu, 10 Mei 2015

a Dialogue (one short story)


“Bagaimana UKMP mu kemaren?”

“Ah, ukmp.. Apakah itu varian coklat terbaru dengan fermentasi menahun?”
“Bukan.. bukan. Itu sejenis kertas-kertas dengan berbagai coretan yang apabila dipandang maka bergetarlah badan bahkan usus akan membelit usus yang lainnya”  
“Ah! Kupu-kupu menari riang diperutku, hanya membayangkannya saja. Seindah itukah rasanya?”  
“Entahlah.. Aku pun tidak tahu bagaimana rasanya”
“Oh.. betapa beruntungnya aku jika diberi kesempatan untuk merasakan. Mungkin seperti memeluk pelangi”
“Jika kau merasakannya betapa bahagia aku”  
“Mungkin aku akan menjadi yang paling beruntung”
“Mungkin! Ahh.. apalah dayaku yang tak bisa merasakan”
“Aku akan membaginya denganmu. Itu pasti.. aku akan membaginya”
“Betapa bahagianya aku memiliki teman sepertimu..”
“Tuhan punya cara sendiri  merangkai bahagia untuk kita. Ah, aku sungguh tidak sabar” 
“ Tidak sabar? Apa yang kau tunggu?”
“Menunggu waktu untuk bisa menikmati segala yang bisa kunikmati. Bersamamu tentunya..”
“Hahaha..  betapa lucunya bahasa kita ini. Aah, aku sampai terpingkal-pingkal mengingatnya”
“Kau terlalu berlebihan, Cuma kosakata alakadarnya yang coba kurangkai untukmu. Tapi bahagiamu itu tujuanku”
“Andaikan rangkaian kata yang sedemikian rupa diciptakan khusus untukku, betapa indahnya”
“Apakah kau menginginkan itu?”
“Ya”
“Tentu akan ku lakukan, menentang langit sekalipun. Hanya untukmu.. percayalah”
“Percaya?? Cukup!!! Jangan kau ulangi kata-kata itu”
“Apakah itu membuat isi perutmu terdesak keluar? Jika memang, tentu  tidak akan  aku ulangi”
“Jangan ditanya lagi, kau pasti tau jawabannya”
“Huh! Tanpa berkata sekalipun aku mendengar suaramu”
“Betapa nyaringnya telingamu, kapankah kita bersua?”
“Angin membantuku menjelma suaramu. Hahaa. Entahlah, bahkan aku meragu untuk memikirkannya. Langit itu seakan mengurungku di sudut ini”
“Aku harus berterimakasih kepada angin. Apalah dayaku, aku cuma bisa berharap. Berharap kita dipertemukan kembali”
“Percayakah kau? Di sudut ini aku pun menggenggam harapan yang sama denganmu”
“Sesulit inikah yang dinamakan pertemuan?
“Entahlah. Bersabarlah jika kau menginginkan pertemuan yang tanpa akhir nantinya. Kau hanya perlu menggenggam harapan yang sama denganku. Menggenggamnya lebih erat dan merapalkannya lebih kuat”
“Bersabar? Terkadang aku takut mendengar kata itu. Kata yang terkadang tidak berujung”
“Kau salah, selalu ada bahagia diujung sabar. Aku percaya itu. Seperti pelangi yang selalu ada diujung rerintik hujan meski terkadang tak terlihat”
“Mungkin aku juga harus mempercayainya. Tidak adakah sedikit waktumu untuk saling melepas tawa denganku?”
“Oh, percayalah itu satu-satunya yang ku inginkan saat ini. Duduk berdua denganmu saling membalas tawa. Sungguh itu yang ku inginkan”
“Baiklah, yang pasti aku menunggumu”
“Tidakkah kau merasa kita seperti pasangan kekasih yang saling merindu?”
“Ya, sungguh romantis”
“Aku akan berusaha menjadikan kisah romantis ini menjadi nyata untuk kita berdua. Hahaa”
“Apa?? Sungguh aku tidak mau. Demi apapun aku tidak menginginkannya”
“Kau? Kau tidak mau menjadikannya nyata denganku?”
“Aku tentu menginginkannya tapi bukan denganmu”
“Kau meragukanku? Aku tidak menyangka secepat itu kau berubah, itu sama saja kau meruntuhkan bumi dibawah kakiku. Aku hancur, kau tau?”
“Maafkan aku. Maafkan.. aku sungguh tidak ingin melukai hatimu”
“Lalu apa??!”
“Hatiku memberontak dengan kejamnya. Maafkan aku”
“Baru saja kau membuatku melambungkan harapan-harapan indah tentang kita berdua dan dalam sekejap kau hancurkan itu. Kau..”
“ Maafkan aku”
-Hening-    
“Aku akan melepaskan harapan itu, biarlah dia melebur bersama angin. Sekali lagi, bahagiamu itu tujuanku”
“Maafkan aku”
“Bahkan aku ragu angin akan membawa harapanku atau hanya akan semakin meyesakkanku”
“Maafkan aku”
“Aku akan melepaskan harapan ini di laut. Aku yakin ombak akan melenyapkannya hingga ke dasar”
“Maafkan aku” 
“Berhentilah merapalkan kata itu, aku sudah terlalu muak mendengarnya”
“Maafkan aku”
“Cukup!!”

“Maafkan aku..  aku hanya ingin mewujudkannya dengan lawan jenisku”
-Tutt..tut.. sambungan telepon itupun terputus-
-end-

Sebuah percakapan iseng yang dilatarbelakangi
kekalahan MU (Manchester United)
              dari pecinta berbeda,
dengan modifikasi di beberapa  sudut
     @Ameee93 ft @Minda_MW :)      

                                                                                                                                                       

                                                                                                                                                        

2 komentar: