Selasa, 23 Agustus 2016

You're not alone..

Ada aku disini

"Dia berubah!"

"Jadi apa? Power rangers? Batman atau Superman? Hahaaa"

"Ka!"

"Abisnya yang lo ceritain perubahan dia mulu, bosen gue"

"Lo ga mau lagi denger cerita gue, Ka?"

Gue ga tahan lagi untuk tidak tersenyum melihat ekspresi gadis di depan gue ini. Tampang menyedihkannya itu loh.. maksimal!

"Gue harus nyeduh teh atau kopi nih buet dengerin cerita lo?"

"Kopi hanya akan menambah kepahitan dalam cerita gue. Teh aja deh Ka, sekalian buat gue ya"

"Oke. Sebentar ya, Ra"

Kiara, gadis bermata bulat dan alis yang tebal ini akan selalu menemui gue setiap kali ada masalah dengan pacarnya. Gue heran, dia cantik, baik, tapi ga pernah diperlakukan baik oleh pacarnya. Gue pilih teh melati sebagai teman ngobrol kita. Semoga saja aromanya bisa sedikit menenangkan gue dan dia.

Gue bawa dua cangkir teh ke ruang baca, tempat favorit Kiara di rumah gue. Gadis itu sudah menunggu, gue yakin sudah banyak kata yang ingin dia katakan, tinggal menunggu mulutnya terbuka dan bibir tipisnya akan menyebut nama cowok itu berkali-kali. Siapa lagi kalau bukan pacarnya. Gue harus siap menahan emosi lagi.

"Ka, Danni nyuekin gue lagi! Kita papasan, dan lo tau? Dia ga nyapa gue!"

Ah, gue paling benci liat air mata Kiara. Pliss Ra, jangan nangis di depan gue, atau gue akan habisin cowok lo itu!

"Lo ga keliatan kali, karna baju lo samaan warnanya sama dinding"

"Setidaknya rambut gue masih hitam, Ka.."

"Atau mungkin dia lupa kalo lo pacarnya"

Kiara ga membalas ucapan gue. Tidak biasanya gadis ini diam.

"Ka.."

"Basket yuk Ra, mumpung mendung nih, jadi lo ga perlu takut kepanasan"

"Hati gue udah kelewat panas, Ka"

"Lebih panas mana dari teh yang lo pegang? Yuk ah!"

Gue ambil cangkir yang Kiara pegang dan gue tarik paksa gadis itu ke luar rumah. Di seberang jalan depan rumah gue ada lapangan basket kompleks, tempat gue dan Kiara biasanya main atau sekedar duduk santai. Di salah satu sudut lapangan ada pohon ketapang dengan daun yang rimbun, tempat favorit kita.

"Ka, gue ga mood main. Bisa ga kita duduk aja?"

"Lo duduk, gue main"

"Gue mau cerita Ka.."

"Sepuas lo.. gue bakal tetap dengerin meskipun lo ceritanya sambil diam"

"Gimana bisa lo denger kalo guenya diam? Absurd lo! Hahaa"

Senang rasanya bisa menciptakan sedikit tawa disela patah hatinya Kiara. Selalu menenangkan melihat gadis ini tertawa, meskipun tak sedikitpun luka yang dia bawa sekarang bisa tersamarkan.

"Akhir-akhir ini Danni benar-benar berubah Ka, tidak seperti dulu. Ga ada lagi perhatian, bahkan untuk ketemu aja susah."

"Bilang dong kalo lo kangen"

"Udah Ka, tapi jawaban dia apa? Sabar! Itu doang"

"Ya udah, lo sabar dulu. Mungkin dia lagi sibuk"

"Sesibuk apa sih Ka? Gue ga minta ketemu seharian kok, sejam juga cukup. Rindu butuh tatap mata untuk sembuh, Ka"

Perlahan air mata Kiara mulai menyilaukan penglihatan gue. Bola yang gue mainkan tidak lagi memantul sempurna, berkali-kali gue gagal memasukkan bola ke dalam ring.

"Hubungan lo udah ga sehat tuh, periksa ke dokter coba. Kali aja dikasih vitamin A"

Gue lempar asal bola yang gue pegang, duduk di samping Kiara jauh lebih menarik untuk saat ini. Kiara lebih butuh tangan gue daripada bola basket itu.

Gue masih bisa melihat senyum Kiara dibalik air mata yang membuat pipi mulusnya basah.

"Lo kira hubungan gue sakit mata"

"Kenapa ga disudahi aja sih, Ra? Lo lebih banyak nangis daripada tertawa saat ceritain dia ke gue"

"Ga semudah itu, Ka. Gue udah tiga tahun bareng dia"

"Yang pacaran sembilan tahun aja masih bisa bubar kok"

"Gue masih cinta"

"Yakin itu masih cinta? Atau lo cuma takut bakal kehilangan status? Ayolah Ra.. Lo cantik, pinter, baik, pasti banyaklah cowok yang mau jadi pacar lo"

"Gue.."

"Udah saatnya lo buka mata dan lihat sekeliling lo, cowok ga cuma Danni!"

Gue mau lo bisa melihat lebih jelas Ra. Dan lo ga perlu takut, ada gue di samping lo. Gue merebahkan tubuh di sebelah Kiara, bayang-bayangnya sedikit melindungi mata gue. Gue bisa melihat lebih bebas.

"Entahlah Ka, gue belum siap sendiri. Pasti akan aneh rasanya kalo gue putus. Gue terbiasa punya pacar, Ka"

"Sebrengsek-brengseknya cowok, dia akan jadi cowok yang sangat baik paling tidak untuk gadis yang dicintainya. Kalo dia cinta, pasti dia akan memperlakukan cewek itu dengan istimewa."

"Berarti Danni udah ga cinta sama gue dong, Ka??"

Gue ga mau bikin gadis ini tambah patah hati. Semoga waktu tidak mempermainkannya terlalu lama. Gue ingin melihat senyumnya lagi, senyuman yang lebih indah dari pelangi.

"Gue cinta kok sama lo"

"Ka!!"

"Gue serius"

"Ka dengar, lo sahabat terbaik yang pernah gue punya"

"Tapi gue cinta sama lo, Kiara"

"Mayrika!! Gue masih belum seabsurd itu untuk jadian sama lo"

"HAHAHAHAA"

Terima kasih sudah menjadi tempat terbaik untuk pulang. Segelap apapun kisah yang gue bawa, bisa lo cerahkan dengan tawa. -Kiara-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar