Senin, 10 Desember 2018

Teruntuk Kamu, Lelakiku di Masa Depan.

Selamat malam, kamu. Iya, kamu yang dipilihkan Tuhan untuk menjadi teman hidupku di masa depan. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia di manapun kamu saat ini.

Ah.. Kenapa aku berdebar? Hey, Hati.. ini hanya tulisan, jangan berlebihan!

Maaf, ya. Aku perlu berdamai dengan hatiku, membayangkanmu membuatnya menggila. Hahaa

Ehm.. Kamu, sedang apa? Apakah warna langit kita saat ini sama? Semoga saja, ya..

Dengan siapapun kamu sekarang, sendiri atau sedang bersama jodoh orang, tetaplah berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku juga melakukan hal yang sama. Sabar sebentar lagi, ya. Tuhan sedang memilihkan waktu dan tempat yang tepat untuk kita bertemu. Percayakan pada semesta, skenarionya selalu indah dan tak terduga.

Aku percaya saat ini kita sedang melangkah menuju satu titik yang sama, di tempat itu nantinya mata kita akan saling menatap sempurna. Mungkin saja saat itu langit sedang berubah jingga, atau malah fajar masih sayup-sayup menyapa. Yang jelas, kebahagiaan milik kita.

Pernah tidak, kamu membayangkan semesta tersenyum pada kita? Aku sering.

Saat ini misalnya, aku sedang membayangkan bahwa kamu adalah lelaki baik hati dan aku yakin semesta pun tersenyum mengamini.
Atau kamu juga sedang tersenyum saat ini?
Oh, ayolah.. jangan buat pipiku jadi merona!

Untuk Kamu, Lelakiku di masa depan..

Tetaplah kuat, walau harus jatuh berkali-kali tetaplah bangkit dan jangan pernah berpikir untuk berhenti, karna tidak ada jalan yang mulus untuk sebuah kebahagian. Aku akan menemuimu di titik itu. Aku yang akan menghapus keringatmu, aku yang akan tersenyum padamu saat ujung alas kaki kita kehabisan ruang untuk bergerak.

Untuk Kamu, Lelakiku di masa depan..

Aku sedang menjaga hatiku agar ia tetap sempurna saat kuserahkan padamu, semoga kamu melakukan hal yang sama.
Aku tidak akan mempermasalahkan statusmu saat ini, sendiri atau sedang jatuh cinta pada perempuan yang bukan aku, karena aku yakin bahwa itu hanya perasaan sesaatmu yang belum bertemu aku. Tunggu saja, saat aku akan mengambil hakku untuk memiliki hatimu seutuhnya.

Kamu tahu, tidak? Tadi aku sedang membaca buku saat pikiranku secara tiba-tiba teralihkan padamu. Aku rela sesaat menutup bukuku demi bisa menuliskan surat ini untukmu. Tenang saja, bukuku tidak pencemburu. Apalagi ini tentang kamu.
Semoga saja kamu juga suka buku, ya.

Saat ini pacarku adalah buku, tidak tahu kalau nanti kita bertemu. Aku yakin saat kita sampai pada titik itu, pacarku tidak lagi buku, tetapi itu kamu. Dan kamu pun begitu. Tuhan pun setuju, semesta pun membantu.

Selamat terlelap, Kamu.

***

Ruangsendiri, 23.16/111218.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar